Jumat, 04 Mei 2012

Kontroversi letak Nejd : Arab Saudi atau Iraq ?

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037] Setidaknya ada dua pendapat mengenai letak Najd : 1. Najd adalah wilayah nejd /najd / nejed / najad yang berada di Arab Saudi 2. Najd adalah Iraq (Irak adalah Najd / Najd = Irak) Pendapat pertama adalah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah (muslim Sunni) dari empat madzhab (mayoritas kaum muslimin). Pendapat kedua dari wahhabi dan salafy. Pendapat pertama adalah yang terkuat dengan beberapa argumentasi berikut ini: * Arti Harfiah (sebenarnya) Nejd yang dimaksud cukup jelas tanpa interpretasi apapun. Atau dengan meminjam istilahnya (doktrinnya) salafy sendiri yakni “mengimani hadits shohih tanpa tahrif (pengubahan), ta’thil (pengingkaran), tamtsil (penyerupaan) maupun takwil”. Nejd pada masa Rasulullah adalah nama sebuah wilayah yang sama sampai hari ini dan terletak di sebelah timurnya Hijaz dan berada di Arab Saudi (sekarang). Maka pendapat yang menyatakan bahwa “Nejd adalah Iraq” berarti telah melakukan tahrif, tamtsil, takwil, & ta’thil. Kita harus berhati-hati pada orang yang suka mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabihat (apalagi ayat-ayat muhkamat) tanpa ilmu karena hati mereka ini condong kepada kesesatan. Sebab jika takwil mereka salah, mereka bisa menimpakan fitnah pada penduduk Irak & menyembunyikan fitnah dari Nejd !!! Mereka ini aneh sekali karena mengaku-ngaku ahlul hadits maupun ahlus sunnah wal jama’ah, bahkan pewaris manhaj salafus sholih namun mengapa mereka justru menakwilkan hadits shohih dengan cara seperti itu? * Sisi bahasa : Arti Nama Nejd (tanah yang tinggi/dataran tinggi) Secara etimologi, kata Najd adalah dataran tinggi (tanah yang tinggi), sedangkan kata Iraq secara etimologi bermakna “tanah sepanjang tepian sungai” atau “daerah yang terletak di antara sungai-sungai”. Faktanya, nama-nama tersebut memang menerangkan kondisinya masing-masing yang sebenarnya. Najd berada di daerah gurun pedalaman di dataran tinggi sedangkan Irak berada di sekitar sungai eufrat dan sungai tigris yang subur. Iraq (terutama daerah di antara sungai Euphrates & Tigris) terletak di dataran rendah. Kota Baghdad sendiri (ibukota Irak) juga berada di dataran rendah. Hal ini berbanding seratus delapan puluh derajat dibandingkan dengan kota Riyadh (ibukota Saudi) yang berada di wilayah Nejd dan berada di dataran tinggi. Pendapat Salafy yang mengatakan bahwa maksud ”Nejed” dalam riwayat hadits di atas bukanlah nama negeri tertentu, tetapi untuk setiap tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kemudian hal tersebut dijadikan hujjah untuk pendapat “Nejed adalah Irak” maka hal ini sangat lucu dan tidak logis sebab faktanya Irak berada di dataran rendah. Sebagian salafy – wahhabi telah melakukan takwil & tafsir secara ngawur dari sisi bahasa. Sebagian lainnya hanyalah melakukan taklid buta tanpa menggunakan akalnya untuk berfikir. * Dari arah Timur (arah matahari terbit) Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap ke arah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905] Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 - HR Thabrani dengan sanad shohih] Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410] Banyak hadits yang saling menjelaskan. Arah tanduk syaithan adalah arah timur (arah matahari terbit). Sedangkan arah timur yang dimaksudkan adalah dilihat dari kota Madinah. Kota tempat di mana Rasulullah memberikan peringatan dengan menunjukkan tangannya ke arah timur (arah matahari terbit). Kota Riyadh yang berada di wilayah Nejd (Arab Saudi) tepat berada di timurnya Madinah. Sedangkan Irak berada di timur lautnya Madinah (terletak di timurnya Syam atau utaranya Najd). Kesimpulannya: Salafy – Wahhabi yang memahami timurnya Madinah adalah Irak berarti kurang faham geografi dengan mencari-cari takwil yang aneh-aneh. Bukan hanya mendahulukan pendapat daripada nash-nash Al Qur’an dan Sunnah, namun juga membuat takwil yang tidak logis dan tidak masuk akal. Ciri mereka ini mirip sekali dengan ciri Islam ekstrim kanan (kaum khawarij) yang meninggalkan akalnya untuk berfikir (berfikir sempit/dangkal) sehingga menginterpretasikan dalil secara tidak ilmiah. Mereka kebalikan dari kaum mu’tazilah yang membebaskan akalnya secara liar dan memahami Islam secara liberal. Sedangkan kaum muslimin ahlus sunnah wal jama’ah yang asli sudah seharusnya berada di jalan tengah (moderat/umatan wasathan) dalam menggunakan akalnya. * Nejd dicela karena penduduknya Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah 97) Penduduk Nejd (Arab Saudi) mayoritas adalah suku Arab Badui (Arab Badwi/Bedouins). Suku bangsa ini berbeda dengan bangsa Arab umumnya yang berada di Hijaz (baratnya Nejd) maupun di Syam ataupun di Irak (utaranya Nejd). Meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi percampuran ataupun perpindahan beberapa Arab badui ke beberapa tempat seperti Irak. Namun, asal mereka tetaplah dari Nejd (Arab Saudi). Arab Badui ini secara jelas dan berulang kali dicela oleh Allah dalam Al Qur’an serta Rasulullah dalam berbagai hadits. Penduduk Irak dan Syam tidak pernah dicela oleh Allah dalam Al Qur’an. Dalil-dalil dan penjelasan dalam masalah ini bisa dilihat di sini: Arab Badui, Nejd & Kemunafikan. Satu hal yang menjadi catatan; “Mereka ini lebih wajar tidak mengetahui (mengerti) hukum-hukum Islam”. * Rasulullah membedakan Nejd dengan Irak Tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa Nejd adalah Iraq. Orang yang mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” berarti tidak faham dalam masalah ini. Rasulullah sendiri tahu dan membedakan Irak dengan Nejed sebagaimana beliau membedakan antara Madinah, Syam, Mesir & Yaman. Bahkan dalam hadits di bawah ini, beliau menyebutkannya secara sistematis searah jarum jam jika dilihat dari letak wilayahnya. Madinah sebagai pusatnya, Syam & Mesir arah jam 10 – 12 (barat-utara), Iraq arah jam 1 (utara-timur/timur laut), Nejd arah jam 3 (timur) dan Yaman arah jam 6 (selatan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656] Andaikata betul nejd adalah Iraq, maka pertanyaannya adalah buat apa Rasulullah membedakan penduduk Irak dengan penduduk Nejd? Lalu apa nama daerah pedalaman di sebelah timurnya Madinah? Mengapa Irak yang berada di dataran rendah diberi nama Najd (tanah yang tinggi)? Mengapa timurnya Madinah adalah Iraq, apakah Rasulullah bingung arah? Atau jika Nejd berada di Iraq, di manakah tepatnya wilayah tersebut berada? Adakah sebuah wilayah bernama “Nejd” di Irak? Fitnah apa saja yang muncul dari wilayah tersebut? Argumentasi mereka yang mengatakan bahwa Nejd adalah Iraq dan mereka ngotot mempertahankannya, bukan hanya tidak ditopang dengan dalil-dalil yang shohih & relevan tetapi juga tidak menggunakan akal sehat alias hanya memperturutkan hawa nafsu, semangat debat kusir serta kejahatan menyembunyikan kebenaran. * Sisi Sejarah & Realitas Khawarij pertama bermula dari Dzul Khuwaisirah, seorang lelaki dari Bani Tamim. Bani Tamim sendiri merupakan salah satu suku Arab Badui yang tinggal di nejd. Dia berpendapat bahwa Rasulullah tidak adil sewaktu membagi ghanimah (harta rampasan perang). Fitnah lainnya adalah nabi palsu Musailamah Al Kadzab berikut pengikutnya dari suku Arab Badui, dari wilayah Nejd. Orang-orang yang keluar dari barisan dalam perang shiffin (perang saudara sesama muslim) juga khawarij dari Arab Badui. Mereka ini berasal (bersumber) dari Nejd namun berulah (membuat fitnah) di Irak. Bahkan Ibnu Taimiyah yang dianggap salafy sebagai syaikh terbesar mereka, sependapat dalam hal ini. Dalam kitab Naqdu al Taqdis, Ibnu Taimiyah berkata: Telah Mutawatir khobar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bahwa fitnah dan pangkal kekufuran berasal dari timur –timur Madinah- seperti Najd dan semua daerah sebelah timurnya (Madinah) Kemudian beliau memberikan contoh yang terjadi di Najd. Tidak diragukan lagi bahwa di sana muncul kemurtadan dan hal-hal lain yang termasuk kekufuran, di antaranya Musailamah al Kadzab dan para pengikutnya, Thalihah al Asadiy dan para pengikutnya, Sujah dan para pengikutnya hingga mereka diperangi oleh abu Bakar as Shiddiq dan orang-orang mukmin yang bersama beliau. Ada yang terbunuh dan ada yang kembali sebagai mukmin maupun Munafiq. Begitupun peringatan dari ulama-ulama Sunni seperti Shaykh Habib M. Ya’qoubi, Syaikh Habib Ali Zain al–Abideen Al-Jifri, Syaikh Muhammad Tahir-ul-Qadri, dan ulama sunni lain termasuk dari Indonesia. Para teroris yang akhir-akhir ini mencoreng citra kaum muslimin dan mengacau keamanan dunia juga kebanyakan dari mereka atau yang mengikuti mereka. Pihak intelijen dan pihak kepolisian pun sudah tahu siapa yang harus dicari dan dicurigai setiap kali ada aksi terorisme. Hendropriyono selaku mantan ketua Badan Intelijen Negara (BIN) pernah menyebut habitat teroris seperti Nurdin M. Top adalah wahhabi aliran garis keras. Kelompok ini tidak mau berpartai karena dianggapnya kafir serta suka mengkafirkan sesama muslim. Para analis dan sejarawan internasional seperti David Livingstone dengan bukunya Terrorisme – Illuminati dan yang lain juga sependapat dalam hal ini. Febe Armanios, seorang analis terorisme dan Timur Tengah melaporkan dalam CRS Report for Congress untuk kebijakan Amerika Serikat bahwa dalang terorisme juga mengarah kepada Wahhabi dan Salafy. Hal ini cukup aneh karena dari sisi kognitif tidak mengarah ke sana. Tapi dari sisi emosi, akhlaq dan budaya seperti doktrin egoisme & kesombongan “hanya kami yang benar & selamat sendiri”; menolak kebenaran dari luar kalangan; doktrin intoleran “kebencian & permusuhan terhadap outsiders”; memahami Islam secara sempit; budaya taklid alias mengekor & tidak kritis terhadap pemimpinnya; budaya keras & kasar; ajaran yang menyalahi fithrah alias membatasi (menghambat) aktualisasi diri & akhirnya terbentur realitas; serta emosi-emosi negative & akhlaq buruk lainnya adalah alasan-alasan psikologis yang lebih dari cukup untuk mengarahkan mereka pada perilaku yang bermasalah. Memang benar tidak semuanya seperti itu. Namun kebenaran yang tidak boleh ditolak adalah bahwa para teroris islam ekstrim dewasa ini hampir semuanya adalah hasil didikan wahhabi – salafy. * Argumentasi “Nejd adalah Irak” sangat lemah Pendapat “Nejd adalah Irak” muncul karena mereka menafsirkan hadits terkait Nejd dengan hadits-hadits berikut. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bin Abaan, Waashil bin ‘Abdul A’laa, dan Ahmad bin ‘Umar Al Wakii’iy [dan lafaznya adalah lafaz Ibnu Abaan] ketiganya berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail, dari ayahnya yang berkata Aku mendengar Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar berkata “Wahai penduduk ‘Iraaq, aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin ‘Umar berkata Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda ‘Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini ia menunjukkan tangannya ke arah timur dari arah munculya dua tanduk setan’. Kalian saling menebas leher satu sama lain. Musaa hanya membunuh orang yang ia bunuh yang berasal dari keluarga Fir’aun itu karena tidak sengaja. Lalu Allah ‘azza wa jalla berfirman padanya ‘Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan.” [Thaahaa: 40]”. Berkata Ahmad bin Umar dalam riwayatnya dari Salim tanpa mengatakan “aku mendengar” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]. Perlu dicermati bahwa yang memperingatkan penduduk Iraq dalam hadits di atas adalah Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, bukan Rasulullah. Dalam matan hadits di atas juga tidak ada yang secara eksplisit mengatakan bahwa “Nejd adalah Irak” atau “Fitnah akan muncul dari Irak.” Hadits tersebut shohih dan Rasulullah memperingatkan bahaya fitnah dari arah timur dan beliau (Rasulullah) tidak memperingatkan penduduk Irak secara khusus melalui hadits di atas. Jika Salim memperingatkan penduduk Iraq dengan hadits tersebut, rasanya cukup wajar karena fitnah dan peperangan pada zaman Ali bin Abi Thalib banyak terjadi di Irak. Namun, bukan berarti sumbernya berasal dari Irak. Sebab Salim sendiri tidak pernah mengatakan dalam hadits tersebut, “Wahai penduduk Iraq, kalian adalah sumber fitnah yang dimaksudkan Rasulullah.” Hadits shohih tersebut tidak relevan dan tidak kuat untuk mendukung pendapat “Nejd adalah Iraq”. Hadits shohih tersebut justru relevan untuk mendukung pendapat, “fitnah datang dari arah timur (Najd).” Hadits lain yang sering digunakan salafy sebagai argumentasinya adalah hadits berikut: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Ma’mariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaail bin Mas’ud yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Aun dari ayahnya, dari Naafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Ya Allah, berikanlah keberkatan kepada kami pada Syaam kami dan pada Yamaan kami”. Beliau [shallallaahu ‘alaihi wasallam] mengatakannya beberapa kali. Ketika beliau mengatakan yang ketiga kali atau yang keempat, para shahabat berkata “Wahai Rasulullah, dan juga Iraq kami?”. Beliau bersabda “Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Mu’jam Al Kabiir Ath Thabrani 12/384 no 13422]. Hadis ini lemah karena Ubaidillah telah menyelisihi dua orang perawi tsiqat (terpercaya) yaitu Azhar bin Sa’d dan Husain bin Hasan dimana keduanya menyebutkan lafaz Najd bukan lafaz Iraq. Hadits serupa dengan lafaz Najd lebih shohih dan diriwayatkan oleh Imam Bukhori dengan sanad Husain bin Hasan. Seandainya hadits tersebut memang benar dan shohih maka logika “nejed adalah irak” tetap ngawur sebab seandainya hadits itu benar berarti tempat munculnya fitnah adalah berada di Nejd dan Irak. Hadits tersebut juga tidak bisa digunakan untuk menghapus hadits shohih dengan lafaz nejd ataupun hadits lain sebagai penjelas misal hadits arah timur, arah matahari terbit, hadits khawarij, maupun hadits-hadits terkait Arab Badui lainnya. Jika dipaksakan bahwa hadits dengan lafaz Irak adalah shohih maka interpretasinya adalah fitnah dari Najd dan Irak. Tidak logis jika diinterpretasikan bahwa Nejd adalah Irak. Interpretasinya adalah Nejd sebagai sumbernya dan Irak terkena imbasnya. Di dalam sejarah, para khowarij berasal dari Arab Badui yang tinggal di Nejd namun berulah di Irak sehingga diperangi oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib di Irak pula. Kekacauan yang ada di Irak saat ini kabarnya juga ditunggangi oleh Arab Saudi dan para khowarij yang sengaja menginginkan agar kondisi Irak tidak pernah stabil. Sebab pemilu terakhir menunjukkan Presiden Irak terpilih berasal dari Sunni sedangkan Perdana Menterinya dari Syiah. Hal ini merupakan representasi dari penduduk Irak yang memang hampir seimbang antara Sunni & Syiah. Namun hal ini tentu tidak disukai oleh wahhabi-salafy yang sangat memusuhi Syiah. Hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah hadits yang di dalam sanadnya ada nama Ziyaad bin Bayaan. Ziyaad bin Bayaan dikatakan oleh Adz Dzahabi “tidak shahih hadisnya”. Ia telah dimasukkan Adz Dzahabi dalam kitabnya Mughni Ad Dhu’afa no 2222. Al Uqaili juga memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa Al Kabir 2/75-76 no 522. Bukhari berkata “dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali” [Al Mizan juz 2 no 2927] Ibnu Hibban tidak hanya menta’dil Ziyaad bin Bayaan, Ibnu Hibban juga memasukkan nama Ziyaad bin Bayaan dalam kitabnya Adh Dhu’afa yang memuat nama perawi dhaif menurutnya. Ibnu Hibban berkata “Ziyaad bin Bayaan mendengar dari Ali bin Nufail, dalam sanad hadisnya perlu diteliti kembali (fii isnad nazhar)” [Al Majruhin no 365]. Ziyaad bin Bayaan juga terbukti meriwayatkan hadis mungkar dan kemungkarannya terletak pada sanad hadis tersebut. Hadis yang dimaksud adalah hadis Al Mahdi dimana Ziyad bin Bayaan membawakan dengan sanad dari Ali bin Nufail dari Ibnu Musayyab dari Ummu Salamah secara marfu’. Hadis ini yang diingkari oleh Bukhari dan pengingkaran tersebut terletak pada sanadnya. Ibnu Ady dalam Al Kamil dengan jelas mengatakan kalau Bukhari mengingkari hadis Ziyad bin Bayaan ini. Hadits-hadits lain yang dijadikan argumentasi adalah tidak shohih dari sisi matan maupun sanad, sebagiannya dhaif dan sebagiannya lagi mengandung illat (cacat). Seandainya hadits yang dijadikan pijakan memang shohih, maka ada dua tempat dimana munculnya fitnah yang dimaksud oleh hadis tersebut yaitu “Najd dan Irak”. Sedangkan logika salafy kalau “Najd adalah Irak” sudah jelas-jelas salah dan berbahaya. Sebab konsekuensi dari kalimat itu adalah menafikan Nejd (Arab Saudi) dari tempat fitnah yang kaum muslimin diperingatkan oleh Rasulullah. Seandainya mereka mengingkari bahwa Nejd (Arab Saudi) bukan sumber fitnah, maka ini lebih ngawur lagi. Lagi pula jika mereka berargumentasi: “Lafadz Nejd yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Iraq karena hadits saling menjelaskan”, bisa dengan mudah dipatahkan. Dengan logika yang sama, bahkan lebih kuat bisa saja ada orang yang berkata, “Lafadz Iraq yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Nejd karena hadits saling menjelaskan dan sanad hadits dengan lafadz Nejd lebih kuat” Terserah mereka mau membebaskan kutukan nama tempatnya dengan beragam argument, tetapi mereka sekali-kali tidak dapat melepaskan kutukan terhadap penduduknya yakni Arab Badui yang ditegaskan oleh Allah sendiri dalam Al Qur’an lebih cenderung kafir & munafik serta tidak mengerti tentang ilmu agama melainkan sedikit. Kaum muslimin yang berhati-hati tentu akan lebih memilih menjauhi segala fitnah, baik dari Nejd (Arab Saudi) maupun dari Irak. Kemudian, kaum muslimin yang faham dalam masalah ini cukup mewaspadai fitnah dari Najd (Arab Saudi) saja. Termasuk mewaspadai fitnah wahhabi – salafy yang berasal dari Nejd dan orang-orang Arab Badui. Sedangkan mereka yang bebal tetap saja mempercayai kata-kata orang Arab Badui dari Nejd dan justru tidak percaya pada pendapat lain yang menyelisihi mereka. Mereka ini tidak mengerti karena hatinya sudah terkunci !!! Mereka ini seperti orang Kristen yang ditunjukkan bukti nyata mengenai kata-kata tidak senonoh dalam kitab suci mereka namun mereka tetap berkilah bahwa Tuhan menceritakan apa saja di Al Kitab seperti berita di televisi agar menjadi pelajaran bagi manusia. Ya, terserah mereka. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Tugas kaum muslimin hanyalah menyampaikan. Begitu pula terhadap salafy. Jika salafy menanggapinya dengan melakukan bantahan berbumbu cacian, sebaiknya hal tersebut ditujukan kepada orang-orang kafir terlebih dahulu sebelum ditujukan kepada kaum muslimin. Sebab orang-orang kafir juga telah menulis tentang wahhabi – salafy dengan negative. Mereka menulis sejarah wahhabi dan Arab Saudi dengan deskripsi yang negative pula. Hal ini bisa didapati di Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Najd), ensiklopedia, sejarah umum, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan mereka di website maupun di buku-buku. Mereka bahkan memisahkan istilah wahhabi dengan Islam, yakni Wahhabisme bukan ajaran Islam namun gerakan Islam radikal. Termasuk berkaitan dengan terorisme, radikalisasi Islam, militansi dan semacamnya. Bahkan, situs Terrorisme – Illuminati mengklaim bahwa wahhabi – salafy sebagai agen-agen Freemason – Illuminati kaki tangan Zionis Internasional. Linknya: http://www.terrorism-illuminati.com/content/2002-iraqi-intel-reported-wahhabis-are-jewish-origin Saya pribadi tidak membenarkan tetapi juga tidak menafikan apa yang ditulis oleh orang-orang kafir tersebut kecuali beberapa yang sudah ada bukti-buktinya. Sebaiknya salafy segera memprotes orang-orang kafir itu sebelum menghujat kaum muslimin yang menyampaikan kebenaran berdasarkan bukti-bukti kuat dan dalil-dalil yang akurat. Bukan sebaliknya, asyik menghujat kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir begitu saja. Kaum muslimin sendiri tidak perlu risau jika orang-orang kafir menjelek-jelekkan faham salafy – wahhabi. Kami tidak punya urusan dan kami sebagai kaum muslimin baru akan bersikap keras jika kaum kufar menjelek-jelekkan Islam, Al Qur’an & ajaran-ajarannya termasuk jika mereka mencaci-maki Allah & Rasul-Nya, Ahlul Bayt, Salafus Sholih, Ulama’ & Imam Kaum Muslimin serta jama’ah kaum Muslimin. Jika mereka hanya menjelek-jelekkan firqah-firqah tersebut, maka kami tidak peduli & tidak cemburu. Itulah wujud wala’ & bara’ (loyal & disloyal) atas dasar Islam bukan atas dasar firqah. Posted on 8 August 2011 by Nafis Mudrika ***************************** Ibnu Taimiyah Dalam Karyanya Mengatakan Bahwa Dari Arah Timur Akan Muncul FITNAH BESAR dan PANGKAL KEKUFURAN يقول المجسم ابن تيمية في كتابه المسمى (بيان تلبيس الجهمية) ج1 /ص 17 : و قد (تواتر) عن النبي صلى الله عليه و سلم إخباره بأن الفتنة و رأس الكفر من المشرق , الذي هو (مشرق مدينته كنجد) . انتهى. ابن تيمية مرجع الوهابية يسمي بلد محمد بن عبد الوهاب مطلعا للفتنة و رأسا للكفر قبل أن يأتي أذنابه بمئات من السنين Terjemah "Bebas" : al Mujassim Ibnu Taimiyah dalam kitab karyanya berjudul Bayan Talbis al Jahmiyyah, j. 1, h. 17 menuliskan sebagai berikut: "Dan telah datang berita secara mutawatir dari Rasulullah yang memberitahukan bahwa FITNAH BESAR dan PANGKAL KEKUFURAN akan muncul dari arah timur". Arah timur yang dimaksud oleh Rasulullah adalah arah timur dari tempat tinggal Rasulullah sendiri, yaitu arah timur kota Madinah. Dan yang dimaksud adalah Nejd. Lihat peta di atas -------------------->> Nejd adalah wilayah timur dari Kota Madinah. Ibnu Taimiyah adalah "imam besar" dan "referensi yang tidak dapat diganggu gugat" bagi kaum Wahabi. Ibnu Taimiyah menamakan Nejd; --wilayah tempat munculnya ajaran sesat wahabi yang dirintis oleh Muhammad bin Abdil Wahhab-- sebagai tempat kedatangan FITNAH BESAR dan tempat PANGKAL KEKUFURAN. Ibnu Taimiyah telah menuliskan hal itu dalam karyanya di atas ratusan tahun sebelum kedatangan gerakan sesat Wahabi itu sendiri. Ironisnya, aqidah tasybih dan tajsim Ibnu Taimiyah kini menjadi "primadona tanpa tanding yang dipeluk erat" oleh kaum Wahabi. catatan: Ahmad ibn Taimiyah meninggal tahun 728 H. Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal tahun 1206 H. http://www.facebook.com/notes/aqidah-...ahlussunnah-allah-ada-tanpa-tempat/ibnu-taimiyah-dalam-karyanya-mengatakan-bahwa-dari-arah-timur-akan-muncul-fitnah/154442421239342 ***************************** Dan perlu kita analisis lebih tepat adanya sebagai berikut: Analisis Hadis Tanduk Setan : Najd Bukan Iraq Klik: http://bicarasalafy.wordpress.com/2011/01/11/analisis-hadis-tanduk-setan-najd-bukan-iraq/ dan juga klik: http://bicarasalafy.wordpress.com/2011/01/11/hadis-tanduk-setan-kontroversi-najd-dan-iraq/ oleh Muhammad Hadis Fitnah Timur : Najd حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع عن عكرمة بن عمار عن سالم عن ابن عمر قال خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم من بيت عائشة فقال رأس الكفر من ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان يعني المشرق Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber kekafiran datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905] وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس عن ابن شهاب عن سالم بن عبدالله عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال وهو مستقبل المشرق ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905] Kedua hadis di atas dengan jelas menyebutkan tentang masyriq [timur] sebagai arah tempat datangnya fitnah atau arah munculnya tanduk setan. Pertanyaannya adalah timur yang dimana?. Salafy mengatakan bahwa di masa arab dahulu istilah timur barat sama halnya dengan istilah kanan kiri. Artinya di sebelah kanan adalah timur dan disebelah kiri adalah barat. Salafy menginginkan dengan pengertian tersebut maka arah timur yang dimaksud tidak mesti tepat di timur arah mata angin sekarang. Syubhat salafy ini terbantahkan dengan adanya berbagai hadis shahih yang menunjukkan kalau arah timur yang dimaksud adalah arah matahari terbit. Yaitu hadis berikut حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih] حدثنا موسى بن هارون ثنا عبد الله بن محمد بوران نا الأسود بن عامر نا حماد بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سالم عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه و سلم استقبل مطلع الشمس فقال من ها هنا يطلع قرن الشيطان وها هنا الفتن والزلازل والفدادون وغلظ القلوب Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kearah matahari terbit seraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 dengan sanad shahih] Tidak hanya soal arah yang dimaksud timur matahari terbit. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan nama tempat yang dimaksud yang sesuai dengan arah timur matahari terbit dari Madinah. Tempat tersebut adalah Najd حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037] Najd disini bukanlah Iraq karena antara Najd dan Iraq hanya Najd yang merupakan tempat dengan arah timur matahari terbit dari Madinah. Salafy bisa saja berdalih kalau Iraq juga terletak di timur madinah dengan alasan kanan Madinah adalah timur dan kiri Madinah adalah barat tetapi dalih tersebut tertolak dengan penjelasan arah yang dimaksud adalah timur matahari terbit. Irak tidak terletak pada arah timur matahari terbit. Siapapun yang berada di Madinah dan menyaksikan arah terbitnya matahari kemudian ia menelusuri jalan dengan arah tersebut maka ia akan sampai di Najd bukan di Iraq. Selain menunjukkan nama tempat tersebut, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan ciri-ciri orang atau penduduk di tempat tersebut. Diantaranya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan kalau orang-orang disana [tempat munculnya fitnah] adalah orang yang berhati sombong dan angkuh termasuk pengembala unta atau dikenal dengan sebutan Ahlul wabar. حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رأس الكفر نحو الشرق والفخر والخيلاء في أهل الخيل والإبل الفدادين أهل الوبر والسكينة في أهل الغنم Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata qara’tu ala [aku membacakan kepada] Malik dari Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sumber kekafiran datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah milik orang-orang pengembala kuda dan unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab badui] dan kelembutan ada pada pengembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52] حدثنا عبدالله بن عبدالرحمن أخبرنا أبو اليمان عن شعيب عن الزهري حدثني سعيد بن المسيب أن أبا هريرة قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول جاء أهل اليمن هم أرق أفئدة وأضعف قلوبا الإيمان يمان والحكمة يمانية السكينة في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر قبل مطلع الشمس Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abul Yaman dari Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Penduduk Yaman datang, mereka bertingkah laku halus dan berhati lembut iman di Yaman, hikmah di Yaman, kelembutan ada pada penggembala kambing sedangkan kesombongan dan keangkuhan ada pada orang-orang Faddadin Ahlul Wabar [arab badui] di arah terbitnya matahari [Shahih Muslim 1/71 no 52] Kedua hadis di atas menyebutkan tempat munculnya fitnah adalah tempat pada arah timur matahari terbit dimana orang-orang disana dikenal sebagai pengembala unta, orang yang berhati kasar sombong dan angkuh yang merupakan tabiat kebanyakan dari ahlul wabar atau arab badui. Ahlul wabar bisa diartikan sebagai orang arab badui karena tempat tinggal mereka terbuat dari al wabr atau bulu. Di masa Nabi [shallallahu 'alaihi wasallam] Ahlul wabar tinggal di Najd. . . Rabi’ah dan Mudhar Ahlul Masyriq Selain menyebutkan ciri-ciri mereka, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan kabilah mereka yang dikenal sebagai Rabiah dan Mudhar. Rabi’ah dan Mudhar dikenal sebagai Ahlul Masyriq [penduduk timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن إسماعيل قال حدثني قيس عن عقبة بن عمرو أبي مسعود قال أشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده نحو اليمن، فقال الإيمان يمان هنا هنا، ألا إن القسوة وغلظ القلوب في الفدادين، عند أصول أذناب الإبل، حيث يطلع قرنا الشيطان، في ربيعة ومضر Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata telah menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126] Dalil-dalil di atas hanya pengulangan dari tulisan kami sebelumnya tetapi disini akan kami tambahkan sedikit dalil shahih kalau Rabiah dan Mudhar adalah penduduk Masyriq [timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Berikut hadis yang memuat keterangan tentang Rabi’ah dan Mudhar حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ فَقَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ الْوَفْدُ أَوْ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا رَبِيعَةُ فَقَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ حَرَامٍ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْمَغْنَمِ وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ قَالَ شُعْبَةُ رُبَّمَا قَالَ النَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghundar yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abi Jamrah yang berkata saya pernah menjadi penterjemah antara Ibnu Abbas dan orang-orang. [Ibnu Abbas] berkata “sesungguhnya delegasi [utusan] Abdul Qais pernah mendatangi Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “siapakah utusan itu atau kaum itu?”. [para sahabat] berkata “Rabi’ah”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “selamat datang kaum atau utusan semoga tidak ada kesedihan dan penyesalan. Mereka berkata “kami datang dari perjalanan jauh dan diantara tempat tinggal kami dan tempat tinggal-Mu terdapat perkampungan kaum kafir Mudhar sehingga kami tidak bisa datang kepadaMu kecuali pada bulan haram maka perintahkanlah kepada kami perintah yang dapat kami ajarkan kepada orang-orang di tempat kami dan karenanya kami dapat masuk surga. Maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memerintahkan kepada mereka empat hal dan melarang mereka empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah ‘azza wajalla satu-satunya. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “tahukah kalian arti beriman kepada Allah satu-satunya?”. Mereka berkata “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan mendirikan Shalat dan menunaikan zakat dan berpuasa di bulan ramadhan dan memberikan seperlima [khumus] dari harta rampasan perang [ghanimah] . Dan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melarang mereka dari meminum Ad Dubaa’ Al Hantam dan Al Muzaffat. Syu’bah berkata “terkadang Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan An Naqiir dan terkadang berkata Muqayyir. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “hafalkanlah itu dan kabarkanlah kepada orang-orang di tempat kalian” [Shahih Bukhari 1/29 no 87] Hadis di atas menjelaskan bahwa kabilah Abdul Qais adalah salah satu dari Kabilah Rabi’ah dan diantara tempat tinggal mereka dan tempat tinggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di madinah terdapat tempat tinggal kabilah Mudhar [yang masih kafir]. Pertanyaannya siapakah kabilah Abdul Qais ini dan dimana mereka tinggal. Terdapat dalil shahih yang menyebutkan kalau Abdul Qais termasuk penduduk Masyriq [timur] حدثنا أحمد قال حدثنا شباب قال حدثنا عون بن كهمس قال حدثنا هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة عن النبي قال خير أهل المشرق عبد القيس Telah menceritakan kepada kami Ahmad yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaab yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aun bin Kahmas yang berkata telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Hassaan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang bersabda “penduduk Masyriq [timur] yang paling baik adalah Abdul Qais” [Mu’jam Al Awsath Thabrani 2/171 no 1615] Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya. Berikut adalah keterangan mengenai para perawinya Ahmad syaikh [guru] Thabrani dalam sanad di atas adalah Ahmad bin Husein bin Nashr Abu Ja’far Al ‘Askariy . Daruquthni menyatakan kalau ia seorang yang tsiqat [Su’alat Hamzah 1/146 no 144] Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh [guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia hadisnya lurus shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409] ‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata “tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no 313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir Taqrib At Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319] Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”. [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266] Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898] Hadis di atas menyebutkan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebut Abdul Qais sebagai ahlul masyriq [penduduk timur] yang paling baik. Apakah masyriq [timur] yang dimaksud?. Arah timur manakah yang dimaksud?. Dimana sebenarnya tempat tinggal kabilah Abdul Qais?. Perhatikan hadis berikut حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنْ الْبَحْرَيْنِ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aamir Al ‘Aqdiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abi Jamrah Adh Dhuba’iy dari Ibnu Abbas yang berkata “sesungguhnya shalat jum’at yang pertama dilakukan setelah shalat jum’at di masjid Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah di masjid kabilah Abdul Qais di Juwatsa daerah Bahrain [Shahih Bukhari 2/5 no 892] Jadi kabilah Abdul Qais yang termasuk salah satu kabilah Rabi’ah tinggal di Bahrain. Dimanakah Bahrain?. Bahrain adalah kawasan yang terletak di sebelah timur arah matahari terbit dari madinah. Kalau Bahrain adalah tempat tinggal kabilah Abdul Qais maka dimanakah tempat tinggal kafir Mudhar yang disebutkan dalam hadis Bukhari sebelumnya terletak di antara madinah [tempat tinggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Bahrain [tempat tinggal Abdul Qais]. Jawabannya gampang, ambil peta dan lihat tempat itu adalah Najd. أخبرنا عمر بن سعيد بن سنان قال أخبرنا أحمد بن أبي بكر عن مالك عن عبد الله بن دينار عن ابن عمر أنه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يشير نحو المشرق ويقول ( ها إن الفتنة ها هنا إن الفتنة ها هنا من حيث يطلع قرن الشيطان ) قال أبو حاتم رضي الله عنه مشرق المدينة هو البحرين و مسيلمة منها وخروجه كان أول حادث حدث في الإسلام Telah mengabarkan kepada kami Umar bin Sa’id bin Sinaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Abu Bakar dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar yang berkata sesungguhnya aku melihat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengarahkan tangannya kea rah timur dan berkata “dari sini fitnah dari sini fitnah dari sini dari arah munculnya tanduk setan”. Abu Hatim berkata “timur madinah adalah Bahrain, Musailamah berasal darinya dan keluar darinya dialah yang pertama membuat bid’ah dalam islam” [Shahih Ibnu Hibban 15/24 no 6648 Syaikh Al Arnauth berkata “shahih dengan syarat Bukhari Muslim] Kawasan Bahrain dan sekitarnya termasuk Najd adalah kawasan yang di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dikenal sebagai masyriq [timur] sehingga penduduknya Rabi’ah dan Mudhar disebut sebagai ahlul masyriq. Jadi hadis fitnah yang katanya muncul dari arah timur matahari terbit dari arah munculnya tanduk setan dari Rabiah dan Mudhar maka sangat jelas tempat yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang tertera jelas dalam hadis shahih. Catatan : sedikit tentang Bahrain, dahulu Bahrain meliputi daerah kawasan timur yaitu Ahsa, Qatif dan Awal. Sekarang Ahsa dan Qatif menjadi bagian dari propinsi timur Arab Saudi dan Awal menjadi yang sekarang dikenal sebagai kepulauan Bahrain. Jadi dahulu Bahrain itu bersebelahan dengan Najd. Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq

1 komentar:

  1. Loe lagi kumur2 atau sedang curhat bro? asumsi loe panjang sekali ngalur ngidul kesana kemari.

    BalasHapus